Senin, 10 Oktober 2011

SAP : Free Sex Remaja

Tugas : Desain Curriculum
Dosen : Prof.dr.wahyuddin hamid


FREE SEX PADA REMAJA



Nama : Nurhidayah Sultan
Stambuk : 20.4.048.19806


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
SIDRAP
2011


SATUAN ACARA PENYULUHAN

1.1 Topik             : Free Sex pada Remaja
      Sasaran         : Para Siswa SMK HARAPAN BANGSA
      Hari/Tanggal  : Sabtu / 23 April 2011
      Tempat          : Ruang kelas SMK HARAPAN BANGSA
       Waktu           : 09.00 WIT –  09.15 WIT

1.2 Tujuan 
             Setelah diadakan penyuluhan tentang free sex pada remaja di SMK HARAPAN BANGSA, diharapkan dapat mencegah terjadinya free sex pada remaja sehingga dapat mengurangi angka kematian pada ibu dan anak, menekan angka aborsi pada remaja, mencegah terjadinya PMS dan menekan terjadinya pernikahan di usia dini.
1.3 Metode
-  Ceramah 
-  Tanya jawab 
1.4 Media 
-  LCD proyektor
-  Laptop
      -  Media gambar

1.5 Sumber
Shadine, Muhammad ,2009, Penyakit wanita, Jakarta.
      Kriebs, Jan,M, Asuhan Kebidanan Varney Edisi 2 , Jakarta, Hal. 226.
      Azwar, 2007, (http://Pontianak Post.htm),Seni Bercinta, Diakses 01  Maret 2011.
      Rani. 2008, Halal Sehat  (http://www.diffy.com/kesehatan/detail.php?), diakses tanggal 01 Maret 2011

















MATERI PENYULUHAN
1.  Latar Belakang Masalah
              Angka kematian ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai factor, salah satu diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi. Aborsi adalah penyumbang angka kematian ibu dan bayi yang cukup besar.Pelaku aborsi ternyata bukan saja wanita yang sudah menikah tetapi tidakmenginginkan anak, melainkan wanita yang belum menikah pun banyak yang melakukannya. Bahkan yang sangat memprihatinkan, hampir sebagian besar wanita yang melakukan aborsi adalah berasal dari kalangan remaja yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah.
              Perilaku remaja yang demikian disebabkan karena beberapa factor. Kurangnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya free sex merupakan factor pemicu terbesar. Semakin canggihnya tekhnologi juga banyak disalahgunakan sebagai media untuk memicu terjadinya sex bebas di kalangan remaja.
              Sebagai praktisi kesehatan khususnya sebagai bidan yang juga bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi remaja, maka seharusnya kita ikut menekan angka sex bebas pada remaja. Melalui penyuluhanpenyuluhan yang dutujukan kepada remaja, diharapkan mereka dapat semakin mengerti dan memahami bahwa free sex hanya akan membawa akibat negative bagi diri mereka. Dengan demikian diharapkan angka aborsi akan mengalami penurunan dan angka kematian ibu dan bayi pun akan menurun.
2. Pembahasan
a. Pengertian remaja dan reproduksi 
            Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut  WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan.Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
b. Pengertian free sex?
          Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya.
            Seks bebas sangat tidak layak dilakukan mengingat resiko yang sangat besar. Pada remaja biasanya akan mengalami kehamilan diluar nikah yang memicu terjadinya aborsi. Ingat aborsi itu sangatlah berbahaya dan beresiko kemandulan bahkan kematian. Selain itu tentu saja para pelaku seks bebas sangat beresiko terinfeksi virus HIV yang menyebabkan AIDS, ataupun penyakit menular seksual lainnya.
            Pada orang yang telah menikah, seks bebas dilakukan karena mereka mungkin hanya sekedar having fun. Biasanya mereka melakukan perselingkuhan dengan orang lain yang bukan pasangan resminya, bahkan ada juga pasangan suami istri yang mencari orang ketiga sebagai variasi seks mereka. Ada juga yang bertukar pasangan. Semua kelakuan diatas dapat dikategorikan seks bebas dan para pelakunya sangat berisiko terinfeksi virus HIV.
c. Remaja dan free sex 
              Sudah menjadi maklum, remaja memang sosok yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Kenapa?. Remaja masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain remaja mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan.
             Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua.
d. Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis Remaja
             Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disahkan oleh undang-undang. 
            Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi  dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion). 
           Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
          Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
          Akibat-akibat lain dari seks bebas di kalangan remaja ini pun berbagai macam, terkena HIV/AIDS, PMS (Penyakit Menular Seksual), KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga aborsi (seperti yang disebutkan tadi) yang dapat menyebabkan cacat permanen atau berujung pada kematian.
          Akibat psikologis yang seringkali terlupakan ketika melakukan hal ini sebenarnya adalah: RASA BERSALAH, MARAH, SEDIH, SESAL, MALU, KESEPIAN, TIDAK PUNYA BANTUAN, BINGUNG, STRES, BENCI DIRI SENDIRI, BENCI ORANG YANG TERLIBAT, TAKUT TIDAK JELAS, INSOMNIA, KEHILANGAN PERCAYA DIRI, GANGGUAN MAKAN, KEHILANGAN KONSENTRASI, DEPRESI, BERDUKA, TIDAK PUNYA PENGHARAPAN, CEMAS, TIDAK MEMAAFKAN DIRI SENDIRI, TAKUT HUKUMAN TUHAN, MIMPI BURUK, MERASA HAMPA, HALUSINASI, SULIT MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN.
e. Faktor penyebab  free sex di kalangan remaja
• TIDAK BISA MENGATAKAN ‘TIDAK’
    - Biasanya karena merasa takut diputus hubungan oleh pacarnya. Cara untuk  mempertahankan hubungan tersebut. Padahal biasanya, sehabis itu pacar akan lari juga.
    - Pacar sudah membujuk rayu sedemikian rupa, sampai akhirnya tidak bisa menolak. Habis itu, siapa yang akan bertanggung jawab ya?
    - Biasanya dijadikan alasan sebagai pembuktian cinta. Sebenarnya kalau benar-benar cinta, akan menjaga supaya hubungan seks dilakukan setelah menikah.
• MERASA BUKAN ANAK GAUL
Dengan pernah melakukan seks, dianggap ‘Gaul’. Salah besar padahal. Akan tetapi, banyak remaja yang punya konsep diri rendah tetap melakukannya supaya dianggap ‘Gaul’.
• NILAI AGAMA YANG BERKURANG
Kalau dulu, pegangan tangan lawan jenis saja, sepertinya tabu sekali. Agama yang dijadikan alasan. Katanya secara agama tidak boleh. Tapi, sekarang mungkin sudah biasa yah? Ajarannya masih sama, akan tetapi nilai-nilainya mungkin sudah mulai bergeser.
• TAYANGAN TV
Jangan ditanya lagi. Setiap hari dimanjakan dengan tayangan sinetron, infotainment, film, dll yang jauh dari nilai moral.
• GAYA HIDUP
Beberapa orang malah sudah menjalaninya sebagai gaya hidup. Sudah biasa saja. Akan tetapi, penulis yakin dan optimis, masih banyak remaja yang mempunyai sikap dan prinsip yang kuat dengan rumus ini :
PACARAN + CINTA = PERNIKAHAN, baru kemudian SEKS
1.5.7.BagaimanaRemajaBersikap?
            Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa   tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama. 
Sebagaimana apa yang diperingatkan Allah dalam surat An-Nur: 21:
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barang siapa yang mengikuti langkah syetan, maka sesungguhnya dia (syetan) menyuruh perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Alloh dan Rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun diantara kamu bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Alloh membersihkan siapa yang dikehendaki... (An-nuuriiii(24):21) .
             Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam berfikirnya. Meminimalkan hal-hal yang merangsang, mengekang ledakan nafsu dan menguasainya. Masa remaja memang sangat memperhatikan masalah seksual. Banyak remaja yang menyukai bacaan porno, melihat film-film porno. Semakin bertambah jika mereka berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaran, tulisan, foto, sentuhan, dan lainnya. Hal ini akan mendorong remaja terjebak dengan kegiatan seks yangharam. 
             Perawatan organ reproduksi tidak identik dengan pemanfaatan tanpa kendali. Sistem organ reproduksi dalam pertumbuhannya sebagaimana organ lainnya, memerlukan masa tertentu yang berkesinambungan sehingga mencapai petumbuhan maksimal. Disinilah letak pentingnya pendampingan orang tua dan pendidik untuk memberi pemahaman yang benar tentang pertumbuhanorganreproduksi.
              Remaja juga harus bisa menjaga diri . Hal ini mampu dilakukan pada remaja yang mempunyai kejelasan konsep hidup dalam menjalani hidupnya. Orang tua sejak usia dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka remaja akan memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan lingkungaanya.
                        Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas, komitmen terhadap aturan Allah baik dalam aurot (pakaian), pergaulan antar lawanjenis, menghindari ikhtilath dan sebagainya.


                       sekian



Tidak ada komentar:

Posting Komentar